Rabu, 17 September 2014

Book Review #3 : Slammed by Colleen Hoover


Judul : Slammed
Pengarang  Colleen Hoover
Halaman : 333
Penerbit  Gramedia
Rating : 4/5 stars

Sinopsis 


Layken harus kuat demi ibu dan adiknya. Kematian mendadak sang ayah, memaksa mereka untuk pindah ke kota lain. Bayangan harus menyesuaikan diri lagi dengan lingkungan baru sungguh menakutkan Layken. Namun semua berubah, begitu ia bertemu dengan Will Cooper, tetangga barunya.
Will memang menarik. Dengan ketampanan dan senyum memikat, pemuda itu menularkan kecintaannya pada slams––pertunjukan puisi. Perkenalan pertama menjadi serangkaian hubungan intens yang membuat mereka semakin dekat, hingga keduanya bertemu lagi di sekolah…
Sayangnya, hubungan mereka harus berakhir. Perasaan yang mulai tumbuh antara Will dan Layken harus dihentikan. Pertemuan rutin mereka di kelas tak membantu meniadakan perasaan itu. Dan puisi-puisi menjadi sarana untuk menyampaikan suara hati. Tentang sukacita, kecemasan, harapan, dan cinta terlarang mereka.
My Review
Lagi-lagi saya tergiur untuk membaca buku ini setelah melihat rating dan review yang tinggi di goodreads. Setelah mendapatkan buku ini saya segera membacanya dan ternyata versi terjemahan yang saya baca ini sangat bagus, sehingga cerita serasa mengalir dengan enaknya. *apasih* 
Sebenarnya cerita yang ditawarkan oleh Colleen sangat simple sekali, mengenai percintaan dua anak manusia yang terganjal keadaan *cieeehhh*. Ada sedikit "bumbu" yang dimasukkan selain kisah Layken dan Will, yang menurut saya sudah sangat cukup porsinya sehingga tidak terkesan mengada-ada atau dipaksakan. Selain itu puisi-puisi yang ditampilkan juga bagus, walaupun kayanya akan lebih "kena" kalo baca versi Inggrisnya. 
Overall saya sangat menikmati buku ini dan nggak sabar untuk membaca buku keduanya Point of Retreat. Semoga lebih bagus dari buku pertamanya.



Book Review #2 : The Giver by Lois Lowry



 

 Judul : The Giver
 Pengarang : Lois Lowry
 Halaman : 230
 Penerbit : Gramedia
 Rating : 5/5 stars

Sinopsis

Dunia Jonas adalah dunia yang sempurna. Semuanya terkendali dan teratur. Tak ada perang, ketakutan, atau kesakitan. Juga taka da yang namanya pilihan, semua orang memiliki peran di komunitas. Saat Jonas menjadi dua belas, dia terpilih menerima latihan khusus dari sang pemberi (the giver). Sang pemberi memegang ingatan akan rasa sakit sejati dan kenikmatan hidup. Sekarang saatnya bagi Jonas untuk menerima kebenaran. Dan taka da jalan kembali. Saat itu menjelang Desember dan Jonas mulai merasa takut.


 My Review

Tertarik membaca buku ini karena filmnya akan segera tayang. Jadi kebiasaan saya sebelum nonton filmnya harus baca bukunya dulu. Tapi gak selalu juga sih :) Selain itu karena baca review tentang buku ini atau tepatnya seri ini yang katanya bagus jadilah segera beli dan akhirnya baca bukunya. 

Buku ini  menceritakan kehidupan disuatu komunitas yang memiliki aturan sendiri untuk para warganya. Sehingga kehidupan dikomunitas tersebut serba teratur dan tanpa cela. Itulah yang dijalani oleh Jonas selama dua belas tahun hidupnya, hingga saat upacara "penentuan pekerjaan" dimana Jonas mendapatkan pekerjaan yang tidak ia sangka. Gak ada yg sangka juga sih.
Karena "pekerjaan" itulah Jonas mulai memahami hal-hal yang selama ini bahkan warga lain tidak mengetahui. 

Secara keseluruhan saya menyukai plot cerita ini, Lowry menceritakan dengan baik keseharian masyarakat di komunitas tersebut. Ada beberapa bagian yang membuat saya terkejut dan sedih, atau lebih tepatnya miris. Buku ini sesungguhnya berjalan datar tanpa adanya konflik yang berarti, tapi tidak membuat saya menjadi bosan membacanya, justru saya semakin bersemangat untuk segera menyelesaikan buku ini dan mengetahui akhir cerita dari Jonas dan komunitasnya.

Movie Trailer Review

Seperti yang saya ceritakan diatas ketertarikan saya membaca karena akan dirilis filmnya. Jadi sebelum selesai membaca bukunya saya menahan diri untuk nggak liat trailer film The Giver. Biar saya bisa berimajinasi dan memiliki gambaran sendiri tentang karakter dalam buku ini.

Setelah selesai membaca dan menutup buku, langsung saya cari trailer The Giver dan ternyata setelah saya melihat trailernya saya kok rada KECEWA ya :(

Yang buat saya kecewa adalah :
1. Kenapa Jonas kelihatannya dewasa banget yah, sedangkan dibuku dia umur 12
2. Sang Penerima (The Giver) penampakannya tdak seperti bayangan saya, yaitu udah tua kaya               Profesor Dumbledor gitu. Tapi di film kok masih segar bugar.
3. Sepertinya BANYAK cerita yang ditambahkan atau lebih detail diceritakan di film daripada versi       bukunya. Saya nggak sebutin karena takut spoiler

Sebenarnya masih ada hal-hal yang saya lihat di trailernya yang janggal. Apakah saya akan menonton filmnya? Mungkin aja tapi setelah saya selesai membaca seluruh seri ini ;)





Book Review #1 : Tuesdays with Morrie by Mitch Albom

Selasa Bersama Morrie image

Judul : Tuesday with Morrie
Pengarang : Mitch Albom
Halaman : 207
Penerbit : Gramedia
Rating : 5/5 stars

Ini review pertama saya !!!! yeeeaayyy,,,,,,,akhirnya kesampaian juga buat blog. *loncattruskayang*. Kebetulan ini juga buku Mitch Albom pertama yang saya baca :) setelah banyak denger dan baca review soal beliau *cieeh* di blog maupun di goodreads tercapai juga baca bukunya. Mari langsung kita bahas bukunya......

Tuesday with Morrie ini sebenarnya adalah buku yang kisah nyata yang dialami sendiri oleh Mitch Albom. Morrie yang nama lengkapnya Morrie Schwartz adalah dosen waktu Mitch kuliah di Brandeis.
Setelah sekian lama putus kontak, tiba-tiba disuatu pagi  Mitch ini ngeliat Morrie di acara Talk Show di televisi. Setelah melihat tanyangan itu barulah cerita dibuku ini dimulai.

Morrie terditeksi terkena penyakit ALS yang mengancam hidupnya. Karena hal inilah Mitch jadi sering meluangkan waktunya dengan sang dosen. Dalam pertemuan-pertemuan yang mereka lakukan, banyak mendiskusikan mengenai permasalahan kehidupan dan juga bagaimana Morrie menghadapi kematiannya *tear*

Menurut saya buku ini sangat menginspirasi, khususnya dalam kita memandang soal kematian. Dalam deritanya Morrie justru terlihat dapat menerima keadaannya dengan baik. Dan memutuskan untuk menikmati hati-hari terakhirnya yang ternyata  menginspirasi banyak orang yang mengetahui kisahnya .

Buku ini layak untuk dibaca oleh semua dan semoga dapat mengsinspirasi dalam memandang kehidupan.